Kota dan Pembangunan di Indonesia
KOTA DAN
PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Peran
kota sebagai aktivitas utama ekonomi dewasa ini, menjadi daya tarik mengapa
pertumbuhan kota perlu diperhatikan. Kota mempunyai aktivitas ekonomi yang
mendominasi aktivitas perekonomian suatu negara. Perkembangan kota sejak awal
abad ke-20 ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan
kompleksitas elemen dan permasalahan perkotaan yang muncul. Kota tidak
sesederhana pada waktu dulu lagi. Kompleksitas dalam berbagai bidang memerlukan
metode dan pisau analisa yang bisa menelusuri dan mengungkapkan bagian-bagian
atau strukturnya hingga pada yang terkecil. Kota merupakan sebuah objek kajian
yang kompleks dan banyak ditinjau dari beberapa sudut pandang aspek. Namun
secara umum, kota dapat dipetakan menjadi aspek sosial dan aspek spasial, yang
dimana aspek sosial berarti kota dapat ditinjau dari kegiatan domestik, agama,
politik, dan hubungan antar warga secara struktural antara lembaga-lembaga
masyarakat, hubungan kategorikal antara kelompok-kelompok etnis, status dan
kelas, dan bahkan hubungan personal antara sesama warga kota. Sementara dalam
aspek spasial, kota ditinjau dari tata ruang perkotaan yang melingkupi bentuk
fisik bangunan, lingkungan, pemukiman penduduk, dan infrastruktur.
Menurut Louis Wirth, kota adalah sebuah
pemukiman yang penduduknya relatif besar, padat, permanen, dan dihuni oleh
orang yang heterogen. Dilihat dari tingkat populasi, kota mempunyai tingkat
populasi yang besar dan cenderung meningkat pesat dari waktu ke waktu. Tak bisa
dipungkiri, kota memiliki daya tarik yang kuat yang memicu masyarakat di luar
area kota berdatangan ke kota karena bukan tanpa alasan kota memberikan
kemudahan bagi proses produksi barang dan jasa serta aktivitas perekonomian
lainnya. Kota menyediakan variasi barang dan jasa bagi penduduknya, sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup kota. Terlepas dari kebutuhan masyarakat yang
majemuk, kota seakan menjadi solusi atas hal tersebut. Kebutuhan akan bahan
pangan tersedia di beberapa pasar tradisional yang didistribusikan dari
aktivitas di pedesaan yang notabenenya merupakan hasil tani. Bahan-bahan
sekunder atau penopang lainnya tersedia di berbagai pertokoan. Selain itu,
masyarakat disediakan oleh pelbagai tawaran jasa yang dapat menunjang
aktivitasnya, baik jasa transportasi, kesehatan, pendidikan, dan lainnya.
Sejak di masa awal kemerdekaannya,
Indonesia mengalami proses urbanisasi dan pertumbuhan penduduk perkotaan yang
cepat. Urbanisasi dan pertumbuhan penduduk perkotaan tersebut meningkat
terutama sejak tahun 1970-an, ketika Indonesia memulai program pembangunan
nasionalnya secara lebih terstruktur. Indonesia tercatat baru memiliki 15,5
juta penduduk perkotaan (15,9%) dari 97,09 juta penduduk total menurut hasil
Sensus Penduduk Tahun 1961, sensus penduduk nasional pertama di masa
kemerdekaan Indonesia (BPS, 1961). Penduduk perkotaan Indonesia meningkat lebih
dari lima kali lipat dalam empat puluh tahun menjadi 85,2 juta jiwa di akhir
abad ke-20, dengan proporsi sekitar 41,9% dari seluruh total penduduk yang ada.
Hasil sensus penduduk terakhir di tahun 2010 memperlihatkan bahwa penduduk
perkotaan Indonesia meningkat menjadi 118,32 juta jiwa dengan proporsi yang
mencapai 49,8% dari penduduk totalnya. Hasil sensus terakhir ini mengkonfirmasi
bahwa Indonesia telah memiliki lebih dari 100 juta jiwa penduduk perkotaan
bersama beberapa negara lain, seperti China, India, Amerika Serikat, Brazil,
Jepang dan Rusia
Di
Indonesia, terdapat perkembangan jumlah kota (daerah kota) antara tahun 2000
hingga 2015. Jumlah daerah kota tersebut berkembang dari 63 kota di tahun 2000
menjadi 94 kota di tahun 2015. Pertambahan jumlah kota tersebut diakibatkan
oleh adanya pembentukan kota (daerah-daerah kota) baru. Pembentukan kota baru
ini merupakan hasil dari proses administrasi dan politik, yang juga merupakan
bagian dari proses demokratisasi yang terjadi di Indonesia pasca reformasi. Oleh
karena itu, proses penambahan kota jauh lebih banyak terjadi pada masa pasca
tahun 2000, yang merupakan tahun awal mulai dilaksanakannya sistem baru dalam
desentralisasi dan demokratisasi di Indonesia. Di masa era baru desentralisasi
dan demokratisasi Indonesia, proses pembentukan daerah kota maupun kabupaten
baru dikenal dengan sebutan “pemekaran daerah”.
Dalam hal pertumbuhan produktivitas dan
kualitas hidup kota dipengaruhi oleh karakteristik dasar kota, yaitu pengaruh
kepadatan, aglomerasi ekonomi, human
capital, dan peran pemerintah. Representasi kota sebagai penyangga
stabilitas kesejahteraan masyarakat sebaiknya tak luput dari pandangan
pemerintah dalam menyoal setiap aspek perkotaan, salah satunya aspek mengenai
pembangunan. Diskursus mengenai pembangunan merupakan hal yang sifatnya fundamental
bagi suatu negara. Peran negara sangatlah vital dalam setiap aktivitas
pembangunan. Di samping negara memiliki kewajiban dalam membangun daerahnya,
negara (dalam hal ini pemerintah) juga memiliki power dalam mengelola pembangunan secara efektif dan efisien. Selain
itu, pembangunan menjadi salah satu indikator apakah suatu negara dapat
dikatakan sebagai negara maju atau tidak.
Pembangunan dapat didefinisikan sebagai rangkaian
usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yg
ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation-building). Dengan
adanya pembangunan di suatu negara, maka akan tercipta sebuah perkembangan
dalam beberapa aspek dalam mencapai suatu negara yang ideal. Pembangunan
merupakan proses yang dimana pembangunan dilakukan secara berkelanjutan dan
terdiri dari tahap-tahap yang di satu pihak bersifat independen akan tetapi di
pihak lain bersifat tanpa akhir (never-ending).
Pembangunan juga mengarah pada modernitas suatu negara yang artinya adanya
suatu perubahan suatu hal multidimensional ke arah yang lebih baik dan
menggantikan hal yang telah ada dan dianggap sudah “kuno”. Pembangunan ditujukan
kepada usaha pembinaan bangsa sehingga negara bangsa yang bersangkutan sejajar
dengan bangsa lain.
Selain
itu, bagian integral dari pembangunan nasional yaitu pembangunan regional
merupakan aktivitas yang bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan
perkapita dan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah tetapi juga untuk
mengejar ketertinggalannya dari daerah-daerah maju sehingga tercapai
konvergensi antar wilayah. Sehubungan dengan situasi di Indonesia, topik
konvergensi merupakan isu yang relevan untuk dikaji karena salah satu tujuan
pembangunan nasional adalah mencapai kemerataan pembangunan. Pertumbuhan
perekonomian di Indonesia selama tahun 2012 memang cukup tinggi sebagaimana
dipublikasikan BPS pada awal tahun 2013. Perekonomian tumbuh sebesar 6,23
persen dibandingkan tahun 2011. Tetapi, tingginya pertumbuhan ternyata tidak
menjamin peningkatan kesejahteraan yang dinikmati secara merata oleh seluruh
wilayah. Hal tersebut didasarkan pada data yang dipublikasikan BPS melalui
berita resmi statistik bulan Februari 2013 dimana struktur perekonomian
Indonesia secara spasial pada tahun 2012 masih didominasi Pulau Jawa dengan
kontribusi terhadap PDB sebesar 57,63 persen, kemudian diikuti oleh Pulau
Sumatera sebesar 23,77 persen, Pulau Kalimantan 9,30 persen, Pulau Sulawesi
persen dan sisanya 4,57 persen di provinsi-provinsi lainnya.
Perbedaan dalam hal pertumbuhan ekonomi
tersebut otomatis membuat adanya perbedaan dalam hal pembangunan. Tak bisa
dipungkiri pembangunan di Indonesia juga masih terdapat patronasi yang
berakibat adanya diferensiasi dan kesenjangan antar-daerah, yakni pembangunan dikuasai
Pulau Jawa yang lazim disebut dengan istilah Jawa-sentris. Selain berdasar pada
data statistik, contoh konkret yang dapat dilihat yaitu kota-kota yang ada di Pulau
Jawa lebih maju dalam hal pembangunan fisik. Salah satu alasan kuat mengapa hal
tersebut terjadi yaitu proses urbanisasi terjadi secara tidak merata. Hasil Survei
Penduduk Antar-Sensus (SUPAS) tahun 2015 memperlihatkan bahwa Pulau Jawa,
pulau besar terkecil yang hanya sekitar 7% dari seluruh daratan Indonesia
menjadi rumah bagi sekitar 145,01 juta penduduk yang merepresentasi 56,8%
penduduk Indonesia, Termasuk di dalamnya adalah 90,83 juta penduduk perkotaan,
yang berarti sekitar 66,97% penduduk perkotaan Indonesia. Aktivitas urbanisasi
yang terjadi menyebabkan populasi di Pulau Jawa khususnya di daerah perkotaan
membludak dan konsekuensinya yaitu bertambahnya pemukiman penduduk. Perbedaan yang
signifikan tersebut dikarenakan Pulau Jawa merupakan kawasan pulau yang
memiliki populasi penduduk yang terbesar sejak ratusan tahun lalu, apabila
dibandingkan dengan pulau-pulau atau kawasan-kawasan lainnya di Indonesia.
Kecenderungan
terjadinya kesenjangan di negara berkembang, menurut Simon Kuznets disebabkan
adanya perbedaan endowmen dan mobilitas faktor produksi antar daerah yang
kurang lancar. Kesenjangan akan semakin berkurang dengan adanya perbaikan
mobilitas faktor produksi yang terkait erat dengan infrastruktur transportasi.
Sejak krisis 1997/1998, pembangunan infrastruktur di Indonesia khususnya
infrastruktur transportasi memang mengalami penurunan karena pemerintah
diharuskan untuk melakukan pengetatan anggaran pembangunan selama pemulihan krisis.
Mutu infrastruktur Indonesia menduduki peringkat terendah di kawasan dan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi serta investasi asing.
Kota dan pembangunan sangat erat kaitannya, terlepas dari esensi pembangunan itu sendiri yang memang merongrong segala aktivitas negara yang multidimesi ke arah lebih progresif dan modern. Namun kota memiliki “privilese” tersendiri dalam ruang lingkup pembangunan, di mana pembangunan sektor perkotaan berdampak pada citra suatu negara. Baik itu dalam aspek sosial maupun aspek spasialnya. Khususnya pada aspek spasial, pembangunan tata ruang perkotaan yang sifatnya fisik menjadikan area kota tampak lebih maju, teratur, indah, dan tentu saja bersifat pragmatis bagi setiap makhluk hidup di dalamnya salah satunya masyarakat.
Daftar Pustaka
Fadjar Hari Mardiansjah, Paramita Rahayu. 2019.
Urbanisasi dan Pertumbuhan Kota-kota di Indonesia: Suatu Perbandingan Antar-Kawasan
Makro Indonesia. Jurnal Pengembangan Kota.
7(1): 91-110.
Imam Mulatip, Bambang PS Brodjonegoro. 2004.
Determinan Pertumbuhan Kota di Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Pembangunan Indonesia. 5(1): 61-82.
Malik Al Karim, Galih Jati Utomo, Bella Fauziah. 2019. Analisis Perkembangan Urban Sprawl dari Aspek Nilai Tambah, Kualitas Hidup, dan Pertumbuhan Ekonomi, Studi Kasus DKI Jakarta dan Daerah Penyangganya. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota.
Anisa Fahmi, Nuzul
Achjar. 2015. Pengaruh Infrastruktur
dan Keterkaitan Spasial Terhadap Konvergensi Beta di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 13(1):
87-105.
Ilham Daeng Makkelo. 2017. Sejarah
Perkotaan: Sebuah Tinjauan Historiografis dan Tematis. Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences. 12(2): 83-101.