Absennya Perang Bukan Berarti Damai (Oleh : Reski Nurul Hidayah)
(Oleh : Reski Nurul Hidayah)
Hari perdamaian dunia di peringati pada tanggal 21 September. Tanggal tersebut di daulat oleh majelis umum PBB (Perserikatan Bangsa- Bangsa) sebagai Hari Perdamaian Dunia melalui resolusi tahun 1991. Selain itu, 21 September juga dapat di sebut sebagai hari tanpa kekerasan dan tanpa gencatan senjata. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk lebih meningkatkan perdamaian seluruh bangsa di dunia. Namun pertanyaannya adalah apakah dunia telah benar-benar damai?
Banyak orang memaknai perdamaian sebagai absennya perang di dunia. Namun, sejatinya makna damai tidak hanya sampai pada sebatas kata perang. Perang memang pamit di sebagian besar dunia, tapi itu bukan berarti damai. Ketidakdamaian tetap ada di setiap sudut-sudut negara, kota, bahkan mungkin saja masih ada di desa. Ketidakdamaian masihlah mengaung di atas dunia. Hal ini dikarenakan adanya bentuk lain dari perang yang masih saja berkuasa di dunia seperti adanya peperangan argumentasi, egoisme pribadi, fanatisme, kekerasan fisik, saling mencaci maki hanya karena persoalan politik, tindakan terorisme, penyebaran hoax dan masih banyak lagi. Ini hanyalah sebagian kecil dari segala bentuk ketidakdamian di dunia yang tidak di sadari oleh sebagian besar manusia dan jika terus berlangsung maka hakikat dari perdamaian dunia bisa saja akan luntur.
Namun, perdamaian bukanlah sebuah hal yang sulit untuk dapat benar-benar terwujud. Dengan adanya momentum peringatan hari perdamian dunia sekiranya mampu menjadikan setiap pribadi manusia untuk selalu menjunjung tinggi perdamaian. Perdamaian bukan hanya ada pada tanggal 21 september saja, namun juga di setiap waktunya. Perdamaian akan terwujud jika setiap pribadi manusia mampu membentengi dirinya pada hal-hal yang negatif dan membuka diri pada hal-hal yang positif. Salam perdamaian sedunia, semoga selalu hadir jiwa-jiwa yang mampu menjadikan dunia damai seutuhnya.