PEMUDA MILENIAL : Janji Terombang-ambing Arus Globalisasi
Oleh
: Departemen Kajian HUMANIS FISIP UNHAS
………..berikanlah
Aku sepuluh pemuda, maka akan ku guncangkan dunia (Ir. Soekarno)
Reformasi pola fikir kaum muda mumuncak pada
72 tahun Indonesia merdeka. padahal jauh sebelum itu telah lama berkumandang
tepatnya di Batavia (saat ini Jakarta), 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda yang
terjadi pada tahun 1928 yakni pada masa penjajahan BelAnda, berarti ada makna
perjuangan pemuda sebagain anak bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita dan
tujuan bangsanya melalui pemyataan, tekad, dan ikrar Sumpah Pemuda tersebut.
Latar belakang sejarah perjuangan khususnya pemuda melawan penjajahan menjelang
kemerdekaan dan hasil yang dicapai serta bagaimanan perwujudan pascakemerdekaan
akan dapat menggambarkan kondisi yang terjadi pada generasi muda Indonesia. 3 pilar janji pemuda pada saat itu yaitu
mengaku akan tumpah darah yang satu dan tanah air Indonesia, mengagungkan
bangsa yang satu yaitu bangsa Indonesia. Serta, menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Namun, pertanyaannya saat
ini bagaimana wujud refleksi kritis pemuda saat ini ditengah ambang reformasi
pola fikir yang dibenturkan dengan implementasi sumpah pemuda ?.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia
dikumandangkan, banyak bukti sejarah pemaknaan dan pengimplementasi dari sumpah
pemuda. Berawal dari tahun 1966 muncul sebuah
gerakan yang dipelopori oleh Kesatuan Akis Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang
menyuarakan tiga tuntutan yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan TRITURA
atau Tri (Tiga) Tuntutan Rakyat. Ketiga tuntutan itu adalah Pembubaran Partai
Komunis Iindonesia (PKI) beserta ormas-ormasnya, perombakan Kabinet Dwikora,
dan turunkan harga pangan. Peristiwa tersebut tidak bisa lepas dari peran
aktivis mahasiswa yaitu Arief Rahman Hakim meninggal setelah insiden dengan
resimen tjakrabirawa (Kompasiana, 2017).
Kemudian, disusul dengan peristiwa pada bulan Mei 1998 Mahasiswa kembali turun
ke jalan menuntut perubahan (reformasi) atas pemerintahan Soeharto yang
dianggap otoriter. Aksi itu semakin memanas ketika empat mahasiswa Universitas
Trisakti yang menggelar aksi damai meniggal akibat tindakan represif yang
dilakukan aparat. Peristiwa tersebut diwarnai dengan kerusuhan dan ditutup
dengan kemunduran mantan presiden Soeharto. Lalu, pertanyaannya apakah cara
demonstrasi seperti itu masih menjadi instrument dalam merefleksi sumpah pemuda
?.
Perkembangan zaman melukis peradaban yang variatif
dan saat ini didominasi oleh perkembangan teknologi. Generasi yang mengisi
kemerdekaan Indonesia dan menjadi harapan kemajuan bangsa menyebut dirinya
sebagai generasi milenial dan sangat lekat dengan slogan Kids Jaman Know. Ali (2017) memberikan pandangan bahwa generasi
milenial adalah terminologi dari generasi Y yang lahirnya dari kisaran
1980-2000an yang saat ini usianya sekitar 15-34 tahun. Dibandingkan dengan
generasi sebelumnya, generasi milenial memang unik, hasil riset yang dinilai
oleh Pew Research Center yang unik
karena teknologi dan budaya pop/musik. Sebuah International Research pada tahun 2011 menerangkan bahwa yang
paling ditakuti oleh pemuda saat ini kehilangan jaringan internet.
Berangkat dari hal tersebut, pemaknaan sumpah pemuda
bagi pemuda milenial ditengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang
pesat. Kutipan sumpah pemuda butir pertama yaitu “Kami
Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia”. Tantangan terbesar dari pengimplementasi butir
pertama ini yaitu berkembangnya budaya Hallyu
Wave yaitu demam korea. Pemuda Indonesia menjadi sasaran empuk pasar
internasional, khususnya dari gegara penghasil ginseng ini. Produk korea yang
terbilang sangat laris di Indonesia adalah musik, film dan pakaian. Hal tersebut diperkuat oleh data dari The Korea Creative
Content Agency pada 2011 (Marketeers Magazine, 2012), yang menyebutkan
bahwa ekspor konten kreatif Korea meningkat 27,2% dari tahun sebelumnya dengan
angka penjualan sekitar US$ 2 triliun. Alhasil, keuntungan konten broadcasting
sendiri mengalami peningkatan 95,9%. Artinya pengiriman drama, film dan program
Korea lainnya ke negara luar pun mengalami peningkatan berarti. Hal ini, sebuah anomali
karena dari segi adat tentusaja sangat berbeda, leluhur pun sangat berbeda, face sangat berbeda, tapi pemuda
Indonesia lebih bangga menggunakan produk dari luar dari produk nasional.
Sehingga, yang dibutuhkan saat ini adalah bagaimana melakukan filtrasi melalui
regulasi pasar dan peningkatan mutu produk lokal.
Beralih pada butir ke dua dari sumpah pemuda yaitu “Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa
Indonesia”. Lagi-lagi ikrar pemuda diuji oleh godaan teknologi
sampai melupakan arti dari bangsa yang berdaulat. Lahirnya indikasi saling
melukai, saling menjatuhkan, cemohan dan perang yang terjadi dalam internal
pemuda Indonesia. Hal ini, diperkuat dengan hadirnya beberapa kasus tauran
antar pemuda yang disebab oleh hal sepele sampai berujung pada jatuhnya korban
jiwa. Misalnya, tawuran antar kelompok pemuda
di Jl Kakatua II Kecamatan Mamajang, Makassar. Tawuran ini disebabkan oleh
saling menghujat di sosial media, hingga salah seorang pemuda merasa
tersinggung dan menggencarkan aksinya pada subuh hari (Tribunmakassar.com, 2017). Tidak hanya itu, Sembilan pelajar
Madrasah Ulul Albab, Jalan Daeg Ramang, digelandang ke Mapolsek Biringkanaya
lantaran terlibat perkelahian. Penyebab perkelahian ini tidak lain karena kalah
dalam permainan bola melalui playstation
(Rakyatku.com, 2017). Sungguh sangat miris ditengah prestasi yang gemilang
dari minoritas pemuda, misalnya Kompetisi startup yang diselenggarakan
di Kota Istanbul Turki pada Oktober 2016 yang lalu ini menjadi sejarah prestasi
startup anak muda Indonesia di dunia internasional (Trivia.id, 2017). Hal ini, membuktikan prestasi individualism
sebagian pemuda tidak menjadi kedaulan berbangsa.
Pemaknaan dibalik butir ikrar yang terakhir,
dengan bunyi “Kami Putra dan Putri
Indonesia menjungtinggi bahasa persatuan Bahasa Indonesia”. Nyatanya
penggunaan bahasa kesatuan ini mulai pudar dalam sanubari pemuda. Pudarnya
bahasa kesatuan ditandai dengan hadirnya berbagai fenomena dalam masyarakat
yaitu Perfilman yang ada di Indonesia maupun di dunia banyak yang
mengajarkan kesantunan bahasa yang salah dan membuat kaidah bahasa baru.
Selain itu, Perkataan yang mengandung unsur Bahasa Indonesia dengan Bahasa
Inggris, contohnya : Sorry, ya Pak.
Kaidah bahasa yang tidak baik dan menghilangkan unsur kesantunan
dalam berbahasa Indonesia. Seharusnya Bahasa Indonesia yang baik tidak
menyatukan berbagai bahasa. Tidak lupa
pula pada Pesan singkat sekarang menjadi sangat fenomenal dalam menghilangkan
unsur kesantunan bahasa. Keadaan diperparah dengan arus informasi global yang
memaksa generasi milenial untuk lebih mencintai bahasa asing. Fakta yang
terjadi dilapangan pun dibuktikan dengan semakin ramainya corner bahasa asing dan semakin membosankannya pelajaran bahasa
Indonesia dikalangan pelajar. Saat hal-hal diatas terpelihara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, tentu saja dapat menghilangkan konstruk kecintaan
bahasa Indonesia terhadap generasi kedepannya. Sanggar seni sangatlah banyak,
les pengembangan skill bahasa asing
sangatlah banyak, tapi tidak ada satupun wadah dalam pelestarian bahasa
Indonesia.
Kesimpulannya, ditengah kebanggaan Indonesia
karena telah berhasil menjadi bagian dari MEA (Masyarakat Ekonomi Asian) yang
berperan dalam pasar bebas Asian. Saat 2030 nantinya prediksi bahwa tenaga
kerja asing akan membanjiri lapangan kerja di Indonesia dapat saja terwujud.
Hal itu, terjadi karena trisakti yang menjadi dasar dalam Nawacita Jokowi-JK
tidak terpenuhi, utamanya dalam ketahanan kepribadian bangsa yang tercermin
dari implementasi sumpah pemuda. Lalu, apa yang harus dilakukan oleh pemerintah
?. langkah awal yang bisa dilakukan dengan membuat proteksi terhadap produk
asing dan regulasi kurikulum pendidikan harus mengandung konten nasionalisme. Produk
hukum sangat diperlukan, sambil beriringan dengan pencapaian Good Governance dalam wujud sinergi
dengan pemuda.
Pemerintah jangan hanya
sibuk pada pemabangunan infrastruktur sebagai kedok dari kebejatan sang tikus
berdasi. Sementara itu, ada sisi vital yang dilupakan yaitu kepribadian bangsa.
Sumpah Pemuda saat ini mungkin masih menjadi hari nasional, tapi entah 10 tahun
lagi, ia hanya akan menjadi sebuah kata dalam buku sejarah (Humanis Fisip
Unhas_2017).
SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA
(1928 – 2017)
Referensi :
Kompasiana.com.2017.Kesatuan Bahasa Indonesia Mulai Pudar, Apa
Penyebabnya ?. Diakses melalui https://www.kompasiana.com/cristinejulvia/kesantunan-bahasa-indonesia-mulai-pudar-apa-penyebabnya_5662e83263afbd231fc7485d
pada Jumat, 27 Oktober 2017
Trivia.id.2017.Prestasi Anak Muda Indonesia yang
Mengispirasi. Diakses melalui http://trivia.id/post/yuk-berprestasi-di-tahun-2017-8-prestasi-anak-muda-indonesia
pada Jumat, 27 Oktober 2017
Rakyatku.com.2017.Gara-gara Bola Seorang Pelajar di Makassar
Nyaris Tewas Ditikam. Diakses melalui http://news.rakyatku.com/read/59275/2017/08/03/gara-gara-bola-seorang-pelajar-di-makassar-nyaris-tewas-ditikam
pada Jumat, 27 Oktober 2017
TribunMakassar.com.2017.
Usai Shalat Subuh, Tawuran Pemuda .
Diakses melalui http://makassar.tribunnews.com/2017/06/16/usai-salat-subuh-kelompok-pemuda-tawuran-di-jl-kakatua-ii-5-korban-luka
pada Jumat, 27 Oktober 2017