Buletin Edisi 6 - Lapar : "Negeri Salah Urus"
Buletin Edisi 6 - Klik disini untuk Download
LAPAR : NEGERI SALAH URUS
Oleh: Anita Athalia
Orang kelapan tidak semata-mata karena tidak ada makanan. Ketika makanan melimpah pun kelaparan bisa saja terjadi. Tahun 2004 lalu badan pusat statistic melaporkan bahwa produksi pada kita melampaui kebutuhan domestic.
Dengan gagah pemerintah mengklaim Indonesia kembali meraih status swasembada beras yang pernah di capai pada 1984 sekaligus bisa mengekspor beras. Namun seperti dua sisi dari satu koin mata uang, kelimpahan pangan selalu beriringan dengan kelaparan. Secara agregat tidak terlalu salah surplus pangan di suatu negara di klaim sebagai indikator mantapnya ketahanan pangan suatu negara.
Ketahanan pangan mengacup dan pengertian adanya kemampuan mengakses pangan secara cukup untuk mempertahankan kehidupan yang aktif dan sehat. Kelaparan dan rawan pangan biasanya bersenyawa dengan kemiskinan. Tapi mereka yang rawan pangan belum tentu hanya dari golongan miskin. Batas kemiskinan Indonesia di tetapkan dengan cut-off point terlalu rendah, sehingga ,sehingga rumah tangga miskin sebenarnya sudah masuk kategori amat sangat miskin dan mereka ada sedikit di atas garis kemiskinan sebenarnya sudah amat miskin. Masalah makin rumit tatkala pangan dan pertanian harus diliberalisasi dan tunduk pada hukum-hukum pasar. Baca Selengkapnya >>