CERPEN : Siswa Baru Idolaku
Karya
: Andi Sri Wahyuni
Pagi
itu aku sedang duduk di depan kelas. Seseorang telah mencuri pandanganku. Dia
terlihat seperti siswa baru yang kebingungan mencari ruangan. Karena kasihan
maka segera kudatangi dia untuk membantunya.
“Hai! Kamu sedang mencari apa?” tanyaku kepadanya.
“Ehm! Maaf ruangan Kepala Sekolah ada di mana yah?” dia
bertanya balik.
“Mari saya antar” aku pun mengantarnya ke ruangan Kepala
Sekolah yang tidak jauh dari tempat kami berbincang. Sesampai di ruangan Kepala
Sekolah, aku berpamitan padanya untuk pergi karena ada kelas. Kami berpisah
saat itu dan dia segera memasuki ruangan Kepala Sekolah.
Pelajaran pertama kujalani sambil melamun. Aku terus
memikirkan siswa baru tersebut. Dalam hati aku menyesali satu hal. Nama siswa
baru tersebut tidak kutanyakan pada waktu itu. Aku berharap semoga ada
pertemuan selanjutnya untuk menanyakannya.
“Tiara!! Aku tersentak kaget mendengar teriakan Bu guru
yang sedang memergotiku melamun dan tidak mendengarkan pelajarannya.
“Mati aku!!! Maaf Bu saya tidak akan mengulanginya lagi.”
Teman-teman sekelaspun menertawaiku yang setengah mati kaget. Mukaku jadi merah
merona karena malu.
Bel
istirahat telah berbunyi. Untuk melepas penat akupun jalan-jalan sambil
menghirup udara segar. Sesampai di ujung kelas aku mendapatkan sebuah pemandangan
yang sangat menakjubkan. Sebuah taman yang tak dikunjungi oleh seorangpun.
Dengan langkah penuh pasti aku segera berlari mencari tempat duduk. Rasanya
sangat damai ada di taman ini. Pohon yang rindang dengan variasi bunga-bunga
bermekaran dan sangat menyejukkan hati. Sejenak terlintas siswa baru itu muncul
dalam pikiranku. Huh!
Bel
memulai pelajaran telah berbunyi. Segera kutinggalkan taman dan berlari ke
kelas. Pelajaran kedua oleh pak Hasan. Gutu matematika yang terkenal killer dikalangan semua siswa. Pelajaran
berlalu dengan cukup baik tanpa melamun. Kalau sampai melamun itu sangat
bahaya.
Pukul
14.00 menunjukkan kelas usai. Bel berbunyi keras. Sebelum pulang sekolah,
kusempatkan diri untuk ke taman. Tapi sesampai di sana, seseorang sedang duduk
dan menikmati udara sejuk di taman itu. Karena penasaran aku mengintipnya dari
jauh. Tenyatan dia adalah siswa baru itu. “Sedang apa dia di sana? Bagaimana
dia bisa tahu tempat ini?” tanyaku dalam hati. Aku mencoba mendekat.
“Hey!
Sedang apa di sini?” tanyaku agak gugup.
“Eh!
dia terkaget. Menikmati udara sejuk. Kamu sedang apa? Kenapa tidak pulang?”
“Ehm!
Aku Cuma mampir sebentar. Aku suka dengan taman ini makanya ke sini sebelum
pulang. Kenapa kamu bisa tahu tempat ini?
“Oh
tempat ini baru aku temukan tadi. Tempatnya nyaman untuk rileks. Oh iya, kita belum kenalan. Aku Fadli. Kamu?
“Tiara.”
jawabku sambil tersenyum karena telah mengetahui namanya.
“Terima
kasih sudah mengantarku tadi pagi.”katanya sambil terenyum.
Kuakui
dia good looking. Tubuhnya yang
tinggi dan kulitnya yang kuning langsat adalah perpaduan sempurna.
Dikombinasikan dengan style yang trend
membuat cewek terpikat.
“Ia.
Sama-sama. Oh iya, kamu siswa baru dari mana?”
“Aku
dari Jakarta. Ayah dan Ibuku dinas di Bandung jadi aku juga ikut pindah.”
“Oh
begitu yah!” jawabku pendek karena mengerti
“Kamu
kelas berapa?”
“Kelas
II. Kamu?”
“Sama.
Aku juga kelas II.”
“Oh
gitu yah! oh Tuhan kenapa aku jadi deg-degan begini melihat senyumnya yang dilayangkan
di depanku.
Bulan
demi bulan berlalu. Aku dan Fadli semakin dekat. Dia juga sering mengantar aku
pulang ke rumah. Hingga suatu hari dia mengajak aku ke taman yang sering kami
kunjungi bersama untuk melepas penat. Dia akan menungguku di sana saat jam
istirahat. Katanya ada sesuatu hal yang akan disampaikan dan penting.
Bel
istirahat telah berbunyi. Saatnya untuk ke taman. Dalam perjalanan, perasaanku
sangat aneh. Aku memikirkan apa yang akan disampaikan Fadli nantinya. Sesampai
di sana, dari jauh kulihat dia sedang menungguku. Dia berulang kali duduk kemudian
berdiri menggambarkan dia tampak gusar menunggu orang yang sangat dinantikan.
Dengan langkah pasti aku menghampirinya.
“Hei!
Kenapa baru datang?” katanya sambil tersenyum. Terlihat diwajahnya tidak sabar
ingin menyampaikan sesuatu.
“Kan
baru istirahat. Makanya lama.” balasku dengan nada gugup.
“Apa yang ingin kamu sampaikan?” tanyaku untuk
menghilangkan suasana canggung di antara kami.
“Aku…aku ingin mengatakan bahwa setelah dekat
denganmu beberapa bulan ini aku menemukan diriku padamu. Dan setelah aku
merenung nampaknya aku terpikat dan ingin menjadi pacarmu. Bagaimana
pendapatmu?”
Aku
tersentak kaget. Ini pertama kalinya seorang laki-laki menyatakan cintanya
padaku secara langsung di depan mataku. Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan.
“Sebenarnya
aku sangat gugup Fadli karena apa yang kamu katakan itu baru pertama kali dalam
hidupku. Tapi beberapa bulan ini aku juga merasakan hal yang sama. Aku tertarik
padamu.
“Jadi
sekarang kita bisa jadian?”
“
Ia. Tapi jangan publikasikan dulu yah? pintaku padanya.
“Setuju.
Biar kita jalani saja dulu.”
Suasana
hari itu jadi semakin canggung. Kami hanya tersenyum dan tersipu malu untuk
saling menatap. Kuharap ini bukan cinta monyet yang hanya bertahan singkat.