RESUME hasil Kajian mengenai "LOGIKA"
Logika
Dalam pembahasan sebuah konsep selalu
diwali dengan pembahasan mengenai definisi, hal tersebut mengindiksikn bahwa
definisi adalah sebuahhal yang sangat urjen yang dapat membatasi perngertian
kita terhadap sebuah pemaknaan agar dalam melanjutkan pembahasan konsep lebih
lanjut dapat terarah dan tak jauh keluar melewati batas-batas koridornya.
Melihat hal tersebut pentingnya juga kita mendefinisikan logika sebelum kita
membahs lebih dalam menganeai buku ini.
Secara etimologis logika berasal dari
bahasa latin, yakni logos yang berarti perkataan atau sabda. Kata lain yang
dikenal sama maknanya dengan kata tersbut adalah mantiq dalam bahasa arab yang
berarti berkata atau berucap. Logika secara pemaknaan telah jauh berkembang
bukan lagi sekedar kata dan ucapan melainkan sebuah konsepsi dasar yang
menuntun kita berfikir secara benar. Namun Irvin M. Copi dalam bukunya introductin to logic “Logika adalah ilmu
yang mempelajari metode dan hukumyang digunakan untuk membedakan penalaran yang
betul dan penalaran yang salah. Hal tersebutlah yang mendsari kami mencoba
mendiskusikan buku ini.
Berbicara secara historis, kata logika
pertama kali dipergunakan oleh Zeno dari Citium. Kaum Sofis,Socrates dan Plato
harus dicatat sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas
jasa Aristoteles, Theoprostus dan kaum Stoa. Kemudian ilmu tersebut coba
diadopsi oleh bangsa arab sejak abad II Hijriah. dan baru pada abad XIII masehi
hingga saat ini logika menjadi fokus pembicaraan penting filsuf-filsuf besar
Eropa.
Logika yang sedang kita pelajari adalah
ilmu. Dalam Bahasa Indonesia “Ilmu” seimbang artinya dengan “science” dan
dibedakan secara jelas dengan kata “pengetahuan” dengan kata lain ilmu dan
pengetahuan mempunyai pengertian yang berbeda dengan secara mendasar
Ilmu dan Pengetahuan.
Pengetahuan adalah hasil dari aktivitas
mengetahui. Ketidakraguan dimaknai sebagai syarat yang mutlak untuk dikatakan
mengetahui. Aktivits mengetahui yang dimaksud tersebut adalah proses penangkapan
segala kenyataan oleh indra yang kemudian akan diproses oleh pikiran sehingga
menciptakan ketidakraguan terhadap hal tersebut. Contohnya Yayat menangkap
sebuah kenyataan tentang “jumlah ban yang terdapat pada sepeda” dan
memprosesnya kedalam pikiran menjadi sebuah pengetahuan bahwa “jumlah ban pada
sepeda adalah dua”, sehingga ketika ada orang yang bertanya kepada Yayat bahwa
“apakah anda mengetahui jumlah ban pada sepeda ?” yayat akan menjawab “ya,
jumlah ban pada sepeda adalah dua” hal tersebut dijawab Yayat dengan yakin
tanpa keraguan.
Ada
beberapa sumber kita memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut
1. Hasil
penangkapan pengalaman (Empiris)
2. Hasil
berfikir atau berimajinasi (Rasionalis)
3. Hasil
pemaknaan sebuah kata (Sriptualis)
Sedangkan
alat yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut
1. Indra,
alat yang dipakai untuk menangkap segala kenyataan baik secara langsung atau
tidak langsung (teks/gagasan)
2. Akal,
Alat yang digunakan untuk memproses segala kenyataan yang telah ditangkap baik
secara langsung maupun tidak langsung (teks/gagasan)
Dalam proses mengetahui masing-masing
sumber dan alat pengetahuan tersebut tidak berdiri sendiri namun sumber
tersebut saling bantu-membantu dalam proses tersebut. Contoh pengetahuan yang
didperoleh dari pengalaman tidak begitu saja menjadi sebuah pengetahuann tanpa
hasil berfikir yang membantunya. Begitu juga proses pemaknaan terhadapsebuah
kata-atau gagasan membutuhkan penangkapan dari indra dan berfikir dalam
prosesnya. Karna indra dalam prosesnya bersifat “pasif” dan akal lebih bersifat
“aktif”
Kita kembali lagi ke pembahasan
sebelumnya yang membedakan antara pengetahuan dan ilmu. Pengetahuan sudah puas
dengan “menangkap tanpa ragu” kenyataan terhadap segala sesuatu.sedangkan ilmu
menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang dituntut oleh pengetahuan.
Si Buyung mengetahui bahwa pelampung
kailnya selalu terapung di air, ia akan membantah jika dikatakan gabus
pelampung itu teggelam. Yang demikian ini adalah “pengetahuan” baginya.
Manakala ia kemudian mengetahui bahwa BJ (berat jenis) pelampung lebih kecil
dari BJ (berat jenis) air dan ini mengakibatkan pelampung itu selalu terapung,
maka hal tersebut menjadi ilmu baginya. Seorang nelayan tau betul saat-saat
laut pasang dan surut, sehingga ia dapat mengambil manfaat dari kehidupannya.
Tetapi selama yang diketahui tidak pernah menembus keterangan sebab terjadinya
peristiwa itu, yakni daya tarik bulan yang mengakibatkan air laut di sebagian
bulan bumi ini pasang, selama itu pula hal tersebut hanya merupakan pengetahuan
bagainya.
Sudah tentu ilmu bukan sekedar onggokan
yang gaduh dari sembarang pengetahuan serupa dengan keanekaragaman jenis barang
dan tong sampah, tetapi menyerupai susuanan barang dalam minimarket, dimana
barang sejenis dikelompokkan dan ditempatkan secara spesifik.pengetahuan dari
objek0objek sejenis dikempokkan dan disistematisasikan menjadi
kelompok-kelompok tertentu sehingga melahirkan ilmu yang beranekaragam seperti
yang kita kenal adalah hasil dari pengelompkkan pengetahuan sejenis.
Setiap ilmu berbeda-beda bidang yang
diselidikinya, tetapi semua bersamaan dalam hal : mencari hukum,
patokan-patokan, dan rumusan-rumusan yang meliputi masing-masing bidangnya yang
mengendalikan seluruh masalah detail dan partikularnya
Pikiran
Pikiran dapat dimaknai
sebagai wadah yang memproses segala aktivitas interpretasi akal terhadap segala
sesuatu. Manusia tidak bisa lepas dari proses berpikir karena kembali lagi akal
itu bersifat aktiv dalam setiap prosesnya. Berfikir adalah sebuah proses, dan
proses inilah menjadi hal penting dalam logika.
Namun berfikir dalam logika lebih
menjurus kepada hukum-hukum berpikir, patokan-patokan berpikir, dan rumus-rumus
berpikir.berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang mengkaji pikiran dengan sudut
pandang berbeda seperti psikologi yang mempelajari pikiran dan kerjanya tanpa
menyinggung sama sekaliurusan benar dan salah yang menjadi pembahasan poko dari
logika.
Logika menyelidiki, menyaring dan
menilai pemikir dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran,
terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorngan. Ia merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus di taati agar manusia
dapat berpikir benar, efisien dan teratur. Dengan demikian, ada dua objek
penyelidikan logika, pertama,
pemikiran sebagai objek material dan, kedua,
patokan-patokan atauhukum-hukum berpikir benar sebagai objek formal.